Ada sebuah ilustrasi iklan di televisi, tentunya kita ingat karena dalam sehari entah berapa kali ditayangkan. Seorang bocah menemukan seekor anak kucing di saluran air yang kotor.
Adi jangan, ayo taruh… kotor…
Kasihan kan nek…
dan sesampai di rumah, si nenek masih juga ngajak berdebat dengan ibu si bocah itu… Si Ibu mengatakan kucingnya manis sekali…..
Manis????!!! Kalau sampai sakit, gimana…?" dengan bijaksana si Ibu menjawab….
Kita yang mengajari berbuat baik… kita juga yang melarangnya???? (sambil geleng-geleng kepala). untuk ilustrasi lengkapnya, silahkan tonton saja televisi anda, dan tunggu sampai iklan itu muncul, namun saya rasa iklan tersebut sudah tidak muncul lagi, jadi silahkan anda cari di youtube.
Disini saya bukan akan mempertanyakan tentang iklan/advertise, tapi saya melihat dari sudut pandang yang lain. Kalau dari segi periklanan, ada yang lebih berkompeten dan lebih jago.
Pemeran Ibu dan Nenek diatas juga ada sedikit perbedaan. Di mana???? Jelas terlihat ( atau terdengar yah …..) Nenek melarang Adi ( si bocah ) mengambil anak kucing, yang tentu saja dekil, kotor, dan bau, karena ditemukan di got/saluran pembuangan air. Si Ibu justru menyetujui dan mendukung perbuatan anaknya, malah menyuruh Adi untuk memandikan anak kucing itu.
Apa menariknya…???? Kita lihat, Nenek tidak tidak suka dengan action Adi, bahkan melarangnya. Hal seperti ini secara jujur saya akui masih banyak terjadi, bahkan dilakukan oleh sebagian besar orang tua. Maksud pelarangan ini memang baik, agar tidak kotor, agar tidak tertular penyakit, dan lain-lain yang merugikan. Tapi apa efeknya terhadap anak..????
Sebagian besar dari kita, besar di sebuah rumah yang di dalamnya selalu penuh dengan kritik, tuntutan, larangan, ketidakadilan, juga ketidakmampuan. Perlu saya ingatkan dulu bahwa, setiap manusia terlahir tanpa mempunyai pemikiran atau ide. Pemikiran cemerlang dan ide briliyan saat ini adalah hasil pengaruh dari apa yang dipelajari, dirasakan, dan dialami sejak lahir hingga sekarang. “All that experience will be radiated from himself". Apa yang berkesan selama perjalanan hidupnya, itulah yang akan terpancar dari dirinya.
Lalu apa jadinya kalau perlakuan-perlakuan tidak adil, kekerasan, terlalu banyak larangan, dan semua yang senada dengan itu kita alami sejak kecil???? Maka kita akan tumbuh dewasa dengan perasaan malu yang berlebih, takut yang terlalu besar, kepercayaan diri yang terlalu rendah, dan rendah diri yang terlalu parah. Apa yang bisa diharapkan dari orang tua, kalau anaknya tumbuh seperti itu??? Sadarkah mereka kalau hal itu berawal dari perlakuan over protection mereka????
Saat anak mereka mencoba sesuatu yang baru, mereka memberikan kritik yang destruktif, bahkan marah dan menagncam. Saat anak mereka melakukan hal yang tidak disukai orang tua, mereka menhardik, menghukum, bahkan memukul. Hal-hal semacam ini akan membuat anak merasa kecil, lemah, tidak mampu, tidak dibutuhkan. Semua perlakuan itu sangat traumatis pada diri anak, dan yang muncul adalah rasa takut, rasa malu, terasing. Anak akan kehilangan daya imajinasi, kreatifitas, spontanitas. Dia akan selalu ragu untuk melakukan sesuatu, takut dikritik orang lain.
Bagi sebagian orang, rasa takut itu sudah menjajah dirinya, menjajah jiwanya, dan menjajah kehidupannya. Mereka lebih berusaha untuk mencari jalan aman dengan diam dan memisahkan diri dari kehidupan sosialnya, daripada berjuang demi cita-cita dan tujuannya. Mereka lebih banyak berusaha mencari ketenteraman pribadi, daripada mencari peluang untuk masa depan.
Bisa dibayangkan, dengan perlakuan yang kadang tidak disadari orangtua, akan berpengaruh sangat fatal untuk kelangsungan hidup anaknya………………. udaaah… jangan terlalu serius….. diminum dulu tuh kopinya, nyalain rokoknya…. lalu …………… kita lanjutkan lagi….
Kita kembali ke atas, pada perlakuan si Ibu, yang dengan bijaksana menyetujui perlakuan anaknya, bahkan mengarahkannya untuk tindakan selanjutnya. Sampai di sini Anda pasti sudah bisa membayangkan apa yang akan saya tulis.
Ya… dengan perlakuan yang bijaksana, penuh cinta dan kasih sayang, dukungan yang positif, mengarahkan anak untuk hal-hal yang manusiawi, tanpa perkataan yang keras, itu semua akan tertanam dengan subur juga dalam jiwa anak, dan akan menghasilkan buah yang ranum dan berharga. Orang tua mana yang tidak mau melihat anaknya berhasil, sukses, mempunyai arti dan manfaat untuk semua umat?????
Saya serahkan kepada anda untuk memilih, jalan pemikiran mana yang akan Anda pilih untuk diterapkan pada anak Anda. Belum selesai…………. sebagai anak jangan merasa ini sebagai dukungan perbuatan anda, yang kadang sekehendak hati. Karena saya juga berperan ganda di sini, sebagai anak, juga sebagai orang tua.
Anak yang selalu dikritik, akan tumbuh rasa takut untuk berbuat sesuatu, takut melakukan kesalahan, dan takut menemui kegagalan….. SALAH BESAR anak-anak…. hehehehehe….
Thomas J.Watson, saya sendiri kurang tahu siapa dia, saya hanya menemukan secuil kertas yang ada tulisannya : “Jika kita ingin meraih kesuksesan dengan lebih cepat, kita harus melipatgandakan kegagalan. Kesuksesan berada di ujung seberang kegagalan."
Kegagalan demi kegagalan mampu mempersiapkan seseorang untuk menerima kesuksesan. Semakin sering kita gagal, semakin besar kemungkinan untuk sukses. Seperti juga rasa takut, semakin sering kita melakukan hal-hal yang kita takuti, semakin jauh rasa takut itu meninggalkan kita.
Diambil dari pengalaman pribadi yang digali kembali oleh sepotong iklan sabun mandi…. hihihihi….
mandi yuk…..