Gunung Berapi Bawah Laut Meletus
Cerobong gunung api bawah laut dengan suhu yang cukup tinggi yaitu antara 300 sampai 400 derajat celcius tersebut berpotensi tsunami jika gunung itu meledak. Ketua Tim Periset Indonesia dalam Index/Satal 2010, Sugiarta Wirasantosa mengatakan, hingga sampai saat ini tim ekspedisi bemum dapat memastikan seberapa aktif gunung bawah laut tersebut.
Ekspedisi yang dimulai awal Juli 2010 dan direncanakan berlangsung sampai 10 Agustus 2010. Kegiatan yang melibatkan 32 ilmuwan Indonesia dan 12 ilmuwan Amerika Serikat itu juga menganalisis hasil-hasil eksplorasi bawah laut dengan kapal riset Okeanos Explorer.
Di jelaskannya, Kandungan larutan bersuhu tinggi dari perut bumi itu mengandung mineral, logam, dan gas, yang dipengaruhi suhu air laut dalam yang mencapai 2-4 derajat celsius. “Hal ini menimbulkan aliran larutan dari perut bumi itu memperoleh pendinginan mendadak,” lanjutnya.
Biota Berwarna Mencolok
Menurut Sugiarta, pendinginan mendadak itu menimbulkan endapan yang akhirnya membentuk lapisan cerobong. Air laut di sekitarnya pun menjadi tidak terlampau dingin atau tidak terlampau panas sehingga menjadi ekosistem tersendiri dan bisa menjadi habitat bagi biota-biota laut tertentu.
“Berbagai jenis, mulai dari cacing-cacingan, udang, kepiting, dan ikan yang hidup di sekitar gunung tersebut semua berwarna sangat mencolok,” katanya.
Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Soeharsono mengatakan, diperkirakan "Gunung Api Bawah Laut Sangihe Talaud" serupa juga ada di perairan dangkal. “Di wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat, malah terdapat aktivitas gunung api bawah laut dengan kedalaman 100-200 meter. Namun, eksplorasi ilmu pengetahuan tentang itu masih sangat sedikit,” jelasnya. Reff. Suara Merdeka